Menggali Pesan Moral dari Text Anekdot
Teks anekdot adalah sebuah cerita atau kisah yang mengandung sifat lucu. Meskipun teks anekdot berisi cerita lucu, tetapi teks anekdot juga bisa memiliki banyak maksud yang biasanya digunakan untuk menyampaikan kritik. Sebelum memulai pembelajaran, mari membaca beberapa cerita anekdot berikut.
Cerita 1
Tilang
Malam itu Pak Paino sedang pergi jalan-jalan menaiki motornya untuk membeli bakso. Ia mengendarai motornya melewati Jalan Kenanga yang terang karena sorot lampu jalan. Akan tetapi, tiba-tiba Pak Paino dikejutkan dengan bunyi peluit dari seorang polisi yang tidak jauh darinya. Ia merasa sangsi karena pada malam hari biasanya tidak ada razia. Meski demikian, akhirnya ia menghentikan laju motornya.
Pak Paino memarkirkan motornya di pinggir jalan. Tidak lama berselang polisi yang sama juga memarkirkan motornya di dekat motor Pak Paino. Dengan raut wajah kesal, Pak Paino bertanya kepada polisi muda tersebut. “Ada apa, pak? Kenapa saya diberhentikan begini?”, tanya Pak Paino penasaran dengan perlakukan polisi tersebut.
“Mohon maaf karena telah mengganggu laju kendaraan bapak. Namun, perlu bapak ketahui bahwa lampu bapak tidak menyala. Ini malam hari, pak. Sangat berbahaya jika bapak tidak menyalakan lampu motor bapak. Bahkan peraturan baru sekarang saja setiap kendaraan yang melaju di siang hari harus menyalakan lampu depan”, jelas polisi tersebut.
“Loh, pak. Ini kan Jalan Kenanga. Apa bapak tidak lihat di sini banyak lampu jalan yang menyala? Untuk apa saya harus menyalakan lampu motor saya? Sudah terang benderang begini, kok!”, ujar Pak Paino tidak mau kalah. Namun polisi tersebut juga tidak mau kalah begitu saja dengan argumen Pak Paino. “Tetap saja, pak. Menyalakan lampu motor pada saat berkendara itu hukumnya wajib”.
Pak Paino jelas merasa tidak terima dengan pernyataan polisi. Namun, tiba-tiba polisi tersebut justru menunduk dan menarik penutup kecil ban motor Pak Paino. Tentu saja hal tersebut membuat ban motor Pak Paino kempis. “Kenapa bapak kempesin ban motor saya?”, tanya Pak Paino panik. “Tidak perlu panik, pak. Di sini banyak angin. Tinggal gunakan saja angin yang ada di sekitar sini untuk ban motor bapak”.
Polisi tersebut pun meninggalkan Pak Paino dan urung menilangnya. Sementara itu, Pak Paino menjadi kebingungan karena ban motornya kempis. Pak Paino pun menyesali jawabannya yang sembarangan. Ia berjanji tidak akan lagi mengulangi hal yang sama.
Cerita 2
Filsuf
Seorang raja berada dalam satu perahu dengan seorang hamba sahaya asal Persia yang sebelumnya tidak pernah berlayar. Hamba itu merasa sangat takut.
Kondisi ini membuat Raja tidak senang. Kebetulan, di dalam perahu ada seorang filsuf.
“Jika diizinkan, biarkan saya menenangkan hatinya,” kata si filsuf.
“Akan sangat terpuji jika usaha Anda berhasil,” sahut si Raja.
Filsuf itu lalu menceburkan si hamba ke dalam air. Hamba itu meronta-ronta, lalu segera ditangkap sebelum tenggelam.
Hamba itu lalu didudukkan di pojok buritan. Hatinya kini lebih lega.
Raja merasa heran karena ia tidak mengerti hikmah tindakan si filsuf.
“Kenapa si hamba kini jadi tenang? Kenapa engkau melakukan itu?” Sebelum ia mengerti penderitaan tenggelam, ia tidak akan tahu bahwa berada di dalam perahu lebih aman,” kata si filsuf.
Cerita 3
Sombong
Seorang ahli tata bahasa yang sombong naik perahu tambang. Ia melihat tukang perahu bersiap melajukan perahu.
“Naik! Berangkat!” seru tukang perahu.
Menganggap seruan tukang perahu tidak jelas, ia berseru pada tukang perahu, “Hei, sudah kah kamu mempelajari tata bahasa?”
“Belum,” kata tukang perahu. Ahli bahasa itu berkata lagi, “Kalau begitu, hidupmu sia-sia.”
Tukang perahu itu sedih. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan terjadi gelombang di danau. Tuka perahu itu berseru pada si ahli bahasa.
“Hei, sudahkah kamu belajar berenang?”
“Belum,” jawab si ahli bahasa.
“Kalau begitu, seluruh hidup dan kepandaianmu akan sia-sia,” jawab tukang perahu. “Sebentar lagi perahu ini akan tenggelam.”
Cerita 4
Buta Pembawa Lampu
Seorang buta membawa gentong di atas pundak sambil menenteng lampu. Ia berjalan ke sungai untuk mengisi gentong itu.
Seseorang yang melihatnya berkata, “Wahai, orang buta. Malam dan siang hari sama saja bagimu. Mengapa kau gunakan lampu?”
Orang buta itu menjawab, “Hai, orang yang suka mencampuri urusan orang lain! Lampu ini kuperuntukkan bagi orang yang buta pikiran agar tidak terpeleset atau menabrakku!”
Berdasarkan keempat teks anekdot yang sudah kalian baca, pesan amanat apa yang bisa kamu petik dari keempat cerita anekdot yang sudah kalian baca.
Dan menurutmu setelah membaca teks anekdot, manfaat apa yang kamu dapat setelah membaca cerita anekdot barusan? Mari saring bertukar pendapat dengan temanmu!
Join the conversation